mayadefitri

Wednesday, September 27, 2006

Tak Ada Sesuatu Yg Istimewa

Tak ada sesuatu yg istimewa saat ini memang...kecuali...hehehe...dikiiit aja...dan itu aku rahasiakan :) Oiya...mungkin aku termasuk kurang bisa menilai kebaikan2x yang telah Sang Pencipta berikan dong kalo gitu ya?
Semalem..tadarus...ngobrol...hari ini...dapet temen, dapet nikmat ketemu org yg agak susah aku cari. Yup...disyukuri aja kan?

Wednesday, September 20, 2006

PENGALAMAN SUKSES n PENGALAMAN GAGAL

Pengalaman sukses dan pengalaman gagal...memang sesuatu yang boleh jadi sangat berpengaruh bagi seseorang. Kayaknya, lamaaaaaa bgt aku dapet pengalaman gagal mulu, lagi, lagi n lagi.
Oiya.....mungkin cuma satu yang bbrp waktu lalu aku ingat ttg pengalaman sukses. :) Dua pusiku masuk nominasi proyek indie nerbitin kumpulan pusi-nya anak2x milister penulislepas. Hehehe.....apa itu cukup dibilang sebagai sukses ya? Pusing ah.
Yg jelas...sekarang, aku harus berani menerima kenyataan.
Aku jadi mengumpulkan beberapa testimoni ttg seorang maya....dari beberapa orang. :)
Aku musti gigih! Strong...gak setengah2x. Strong woman...padahal itu kan keinginanku sejak dulu ya?
Fisik-mental-spiritual......strong!

Thursday, September 14, 2006

JEBUL KLERU, sebuah cerita

Jon Koplo itu pancen anak yang ndemenakake. Tak heran jika ia sangat dikasihi oleh seisi keluarga. Bapak, Simbok, Kakang dan adik-adiknya pada gemati semua karena Jon Koplo sendiri juga gemati sama mereka. Dalam kehidupannya yang pas-pasan, Jon Koplo yang telah merantau, menikah dan punya dua anak di Bogor, tetap gemati dan suka say hallo ke rumah keluarganya di Jogja. Mereka juga kerapkali berkunjung ke tempat Lik Cempluk yang notabene adiknya Simbok, meski jarak Bogor-Jakarta musti ditempuh lebih dari empat jam.
Suatu hari, Lik Cempluk tiba-tiba nelpon ke Jogja, saat jam menunjukkan pukul 6.30 waktu Indonesia Jogja.
¡§Eh, sebelumnya, kalian sabar dulu, ya! Lik Cempluk mau ngasih tau kalau si Nicole, istri Jon Koplo meninggal.¡¨
Deg!! Adik Jon Koplo yang menerima telpon itu pun bergetar. ¡§Ya, Tuhan, gek dia kena apa. Perasaan kemaren tidak ada kabar apa-apa, kenapa mendadak begini,¡¨ pertanyaan itu hanya dipendam dalam hati sampe Lik Cempluk menambahkan bahwa dia kurang tahu sakit apa. Tapi, Lik Cempluk segera minta maaf karena dia sendiri mau siap-siap berangkat ke Bogor.
Sontak, keluarga di Jogja pun gedabikan semua. Kalau langsung ke sana pakai bus, toh juga ora nyandhak pemakamannya. Yang pasti juga, tak ada duitnya. Kalau ke sana, paling tidak harus dua orang karena bapak yang sudah tua tak mungkin ke sana sendirian.
Dengan cekatan, bermacam-macam biro travel yang ada di iklan ditelpon agar bisa booking tempat tiket. Perihal duit, dicari dalam siang itu juga. Tapi, tak satu pun biro travel yang mengangkat telponnya .
¡§Yee...terang aja, jam segini lum ada yang buka, ya?¡¨ Tom Gembus, adik Jon Koplo yang dituakan, tersadar.
Maka, Tom Gembus tetap berangkat kerja. Tentu dengan catatan sambil nyari duit utangan sekaligus nyari tiket travel. Kalau bisa, sorenya langsung budhalan sama Bapak.
Hari berganti siang, yang di rumah pun mempersiapkan keberangkatan mereka. Lewat tengah siang, tiba-tiba telpon berdering.
¡§Heh, maaf, ya! Bener-bener saya minta maaf. Saya tadi salah informasi,¡¨ ternyata Lik Cempluk yang berbicara di seberang sana.
Saya tadi tuh saking gugupnya sampe dengernya tuh yang ninggal si Nicole. Jebule, ibunya Nicole. Saya tahunya juga setelah nyampe sini. Maaf, ya,¡¨ tambah Lik Cempluk.
Ya amppiuuun! Jebul kleru, to?
Tapi, agenda selanjutnya tentu ngasih tau si Tom Gembus. Karena dia tak punya hand phone sementara dia kerjanya di lapangan, tak tentu tempatnya. Maka kabar itu dititipkan lewat kantor bosnya. Kalaupun terpaksanya dia sudah dapat tiket, toh berangkat ke Bogor juga tak apa.
Begitu Tom Gembus pulang kerja, tujokno dia belum beli tiket.
¡§Kalau benar yang ninggal Nicole, kan kita musti ke sana secepatnya, tapi kalau ibunya Nicole, ya tak usah memaksakan diri. Kita kan musti pake prioritas. Kapan-kapan saja kita nengok keluarga besan,¡¨ begitu Tom Gembus menutup rapat kecil keluarganya.
Karena waktu dan suasana memang gak kondusif untuk bercanda, adik-adiknya hanya mbatin saja,¡¨ Ah, tenane, Tom. Boleh jadi kamu tadi juga gak dapat duit utangan, hehehe.¡¨ Cukup di batin.***

LOVE IS PICEK, sebuah cerita

LOVE IS PICEK
¡§Cole, biasanya orang-orang tuh pengennya punya suami yang sepantaran. Paling tidak, beda tipislah. Tapi, seleraku mah antara 35 ampe 42 tahun meski usiaku baru 25,¡¨ tutur Cempluk pada Nicole.
Nicole ini teman baru Cempluk yang dikenalnya lewat chatting, ngobrol-ngobrol lewat internet. Ternyata mereka satu warnet. So, kopi darat. Nicole cerita tentang nasibnya yang kehabisan bekal. Padahal dia datang dari tanah Sunda, nun jauh di Tasikmalaya sana. So, dengan rasa penuh iba, Cempluk membantu sebisanya mulai dari mempersilakan Nicole menginap di keluarganya sampe membelikan tiket dan bekal untuk Nicole pulang ke tanah tumpah darahnya.
Beberapa hari kemudian, Nicole nongol lagi rumah Cempluk. Katanya, mau kursus bahasa Inggris dan ngekos di tempat keluarga Cempluk. Singkat cerita, mereka pun jadi sahabat dekat.
¡§Lah, kakakku di Jepang yang mau pulang ke Indonesia itu kan umurnya 35 tahun,¡¨ kata Nicole.
¡§Yang bener! Mau, dong! Semoga dia juga mau ama aku, ya!¡¨ Cempluk make semangat 45.
Bla-bla-bla, akhirnya Cempluk dan Jon Koplo pun kirim-kiriman surat lewat teknologi canggih internet. Saking intensifnya, tiap hari Cempluk musti ke warnet, membuat surat-surat yang panjang agar mereka bisa cepat saling mengenal, penjajakan dan melihat segala kemungkinan atas hubungan mereka.
Saking percaya dan sabarnya, dengan niat baik yang sangat tulus, Cempluk minta doa restu sama bapaknya,¡¨ Jika benar Jon Koplo adalah jodoh Cempluk, Cempluk mo serius dan siap nikah dengannya. Tapi kalopun hubungan ini gagal, Cempluk janji gak akan stres, Pak,¡¨ begitu kata Cempluk.
Bla-bla-bla, sesekali secara kebetulan Cempluk chatting ama Jon Koplo. Jon Koplo yang sedang bekerja sambil kuliah S2, sedang mempersiapkan ujian tesisnya.
¡§Jangan lupa dasinya dipake, ati-ati, trus sisirannya yang rapi, jambulnya dimajuin dikit biar tambah keren, hehehe.....entar Cempluk doain deh, khusus buat Jon Koploku yang paling Cempluk sayang ,¡¨ ujar Cempluk di chattingan.
Then, Cempluk sempatkan waktu berdiam di sebuah tempat ibadah di dekat warnet itu sambil mendoakan Jon Koplo tersayangnya.
Love is picek, begitulah istilah yang biasa didengar Cempluk dari teman-temannya. Mereka sengaja memakai istilah paling kasar dari kata buta itu sebagai bentuk penekanan bahwa seringkali cinta tak dapat dimengerti pakai logika. Cinta membikin orang terlihat sangat bodoh.
Meski Cempluk kehilangan duit pitung atus seket ewu gelo alias Rp.750.000,- di kamar yang selama ini dipakai bareng Nicole, toh Cempluk tak bisa membuat prasangka ke Nicole. Meski lebih dari empat bulan Nicole tinggal dan makan disitu belum bayar, Cempluk masih gak bisa mendesaknya. Meski Jon Koplo tak pernah nelpon, Cempluk tetep gak bisa marah.
Sepandai-pandai bajing melompat, sekali waktu pasti nggledhak juga. Suatu sore, iseng-iseng Cempluk ngobrol sama pemilik warnet yang biasa dipakai Nicole.
Bla-bla-bla, katanya, Nicole suka buka-buka email kakaknya, kadang malah ngeprint surat kakaknya untuk diberikan ke temennya.
¡§Dia sekarang entah kemana padahal dia telah lebih dari seminggu disini make internet terus. Setelah tagihannya mencapai delapan ratus ribu, dia melarikan diri. Bahkan Nicole pernah membobol ATM salah seorang penjaga warnet sini, saking pinternya dia ngambil hati,¡¨ terang pemilik warnet itu.
Ha!!? Berarti, Jon Koplo itu hanya tokoh rekaan Nicole? Ya amppiuuun! Uediaan. Masak sieh ada manusia yang seperti itu? Cempluk menyembunyikan keterperangahannya.
Karena Nicole sudah tak kelihatan batang hidungnya, Cempluk investigasi mencari para korban Nicole lainnya hingga ia berhasil menemukan alamat asli Nicole.
Saking gethem-gethemnya, Cempluk memburu Nicole sampe ke tanah Sunda, tepatnya Majalengka, bukan Tasikmalaya. Ternyata, Nicole sudah empat tahun di Jogja. Keluarga tak mau ngurus lagi saking bengalnya anak itu. Jangankan ganti rugi, permintaan maaf pun tidak didapatkan Cempluk. Cempluk yang hampir kehabisan bekal pun terpaksa cari utangan temennya laen di tanah Sunda.
"Mungkin benar, love is picek," Cempluk bergumam sendirian****

Sunday, September 10, 2006

BELAJAR MENULIS DENGAN STUDI KASUS

Judul: Aku Bisa Menulis Cerpen
Penulis: Joni Ariadinata
Penerbit: Gema Insani Press
Cetakan: I, April 2006
Tebal: 206 halaman
Harga: rp. 26.900,-
Prestasi finansial yang dicapai seorang JK Rowling, penulis buku best seller Harry Potter, memang spektakuler. Buku yang telah dibuat versi layar lebar itu, mampu menempatkan dirinya dari seorang miskin menjadi seseorang yang berada di jajaran orang paling kaya di negerinya. Namun, dalam konteks itu, ia berada di negeri Inggris. Sementara di Indonesia, citra bahwa penulis itu seseorang yang miskin, sedikit demi sedikit mulai mendapat bantahan lewat kenyataan bahwa beberapa penulis bisa mendapatkan penghasilan besar dari menulis. Dari sinilah, terbukti bahwa menulis bisa mengantarkan seseorang menjadi kaya, sukses secara finansial.
Sah-sah saja jika seseorang tertarik untuk melirik dunia kepenulisan dengan alsan finansial. Media massa yang sedemikian banyaknya, biasanya menyediakan ruang khusus untuk karya sastra, khususnya cerpen. Para penulis pun berlomba menembusnya. Dengan demikian, banyak pula buku kiat-kiat menulis yang coba mengakomodir keinginan para calon-calon penulis. Salah satunya, buku “aku Bisa Menulis Cerpen” karya Joni Ariadinata ini.
Pada bagian awal, Joni memberikan gambaran secara garis besar mengenai wawasan apa saja yang musti diingat dan dimiliki seorang penulis. Sejak awal, Joni mengingatkan bahwa seorang penulis dituntut memiliki cara pandang yang kaya, pintar menggunakan bahasa, sanggup menjulangkan imajinasi, pandai berkomunikasi dan tahu apa yang dibutuhkan oleh pembacanya. Untuk memperkaya semua itu, saran untuk banyak membaca dan menulis selalu ditekankan karena dua hal itulah yang menjadi modal pokok penulis handal.
Joni juga menyinggung perihal latar, tokoh dan visi yang dikai penulis dalam karya-karyanya. Tanpa visi yang jelas, tulisan hanya akan menjadi hiburan sementara yang “garing” dan hanya mengungkap adegan-adegan artifisial tanpa tawaran nilai lebih bagi pembacanya.
Dalam buku ini, Joni banyak memberi bahasan tentang tema dan gaya tulisan. Meski ribuan karya sastra telah ditulis orang di seluruh dunia, namun nyaris tak ada satu pun penggarapan yang baru sari segi tema. Kemanusiaan, cinta, keadilan, kebenaran dan seribu satu macam kisah anak manusia yang berhubungan dengan itu, adalah inti tema yang selalu digarap. Artinya, secara tematik, materi karya sastra pada dasarnya telah habis (hal.31) Disinilah kemudian kreativiotas berbicara. Muncul banyak gaya penulisan sesuai keinginan penulisnya sehingga gaya tulisan coba diberikan porsi yang agak lebih banyak daripada bahasan lain.
Buku ini tidak memaparkan banyak teori tentang menulis dan tips-tips praktis “how to” dalam kepenulisan. Namun, sebagai panduan bagi penulis pemula, khususnya remaja, buku ini memberikan nilai lebih pada metode studi kasus yang digunakan. Pembaca diajak mencermati contoh-contoh cerpen yang ada pada tiap babnya untuki kemudian ditimbang kelebihan dan kekurangannya. Dengan metode studi kasus, gambaran mengenai penerapan teori-teori pun lebih mengena daripada sekadar belajar text book mengenai cara membuat cerpen. Metode “timbang cerpen” seperti ini merupakan bagian dari kreativitas yang sangat penting bagi calon penulis. Paparan yang ada pada “timbang cerpen” ini akan memberi alternative-alternatif pilihan dan wawasan dalam mengembangkan kemampuan menulis serta memberi efek kehati-hatian untuk tidak melakukan kesalahan dan kelemahan yang sama seperti contoh yang ada.
Namun demiakian, pembaca buku ini yang terbiasa membaca majalah Annida boleh jadi akan kecewa karena tulisanyang ada sebagian besar merupakan tulisan-tulisan Joni di rubric Galeri yang mengulas cerpen-cerpen pilihan Annida. Sayangnya, buku ini sendiri tidak menyebutkan hal itu. Ditambah lagi, jenis huruf yang tidak mempunyai perbedaan mencolok antara cerpen-cerpen dengan ulasannya, boleh jadi mengganggu dan melelahkan pemetaannya di otak, seakan-akan antara contoh cerpen dan ulasannya saling berebut untuk menjadi mind catching. Terlepas dari itu semua, metode stusi kasus dengan cara “timbang cerpen” ini menjadi kelebihan dibanding buku-buku panduan menulis yang lain. ****

catatan: buku Maya peroleh sbg hadiah dr milist sekolah-kehidupan

sajak2x merdeka-ku

KUKIRA KITA TAKKAN MERDEKA
Kukira kita takkan merdeka
jika para penjahat masih berkeliaran
menggantikan binatang buas di hutan-hutan

Kukira kita takkan merdeka
jika hutan terus menggundul dan tak bersahabat
akibat tangan-tangan tak bertanggungjawab

Kukira kita takkan merdeka
selama keinginan masih menggejala
menghentak-hentak kesadaran
memberi pembenaran atas segala kesalahan

dagen_pvr 050906

PAHLAWAN ITU

Kau mau tahu siapa pahlawan itu?

Aku yang selalu berpikir tentang masa depan
Aku yang selalu berteriak tentang keadilan
Aku yang selalu terdepan di medan perang
Aku yang menghendaki perubahan

Akulah si lokomotif itu tempat kau menumpang dan minta diantarkan
Dalam laju peradaban

Akulah pemegang penghargaan itu
Plakat itu, piala itu,
Demi medali dan demi berpotong-potong surat penghargaan
Berentetan
Sepanjang hayat

Yup, akulah pahlawan yang selalu bertanya itu
Ini sudah jam berapa?
Weks, aku musti mengejar bus kota agar tak terlambat sampai sekolah

dagen_pvr, 050906

CINTA ITU.....

Hehehe…tba2x pengen nulis tentang cinta, karena barusan baca tulisan Iip Wijayanto dalam MP minggu ini, yang letak tulisannya di bawah Jejen. Trus, pengen nulis tentang kecintaan ama tanah air yang coba sedikit diperbandingkan dengan cinta laki-perempuan secara umum……eh, malah coba mengingat definisi cinta sebagaimana bolak-balik dibicarakan orang. Aku mah jadi ingat puisiku dulu, cinta itu termodinamika (dalam frasaku) sebagaimana Iip mengingatkan bahwa cinta itu energi. Ia tidak bisa diciptakan atopun dimusnahkan, tapi hanya bisa berubah bentuk. Lalu , kalo pun mo mbulet mencari-cari tentang cinta, cinta itu lebih kepada untuk dihayati, kok!! Bukannya sekadar diobrolkan n didefinisikan, karena ujung-ujungnya tetap “cinta itu EMBUH” (Maya banget negh…!!)

JATUH CIBNTA KI APA SIE….

Aku masih ingat waktu2x kemaren aku demikian merasa damai tanpa mikir sesuatu yang berbau laki-laki. Kayaknya, seperti hidup untuk diri sendiri, bener2x merdeka, tak perlu ribet dengan perasaan dan ikatan2x emosional dengan seseorang. Hanya terpikir untuk melakukan apa yang jadi orientasi pribadi doang.
Yup, betapa bedanya antara steril dan terkontaminasi atas “penyakit” cinta. Eh…kok aku mulai terkontaminasi “virus merah jambu” ini lagi (mungkin karena kemaren lupa gak ikut vaksinasi, nkali, ya? Heheheh…padahal aku udah berusaha menjaga kesehatan cinta loh, dari mulai rasional-persepsional, gaya hidup, sampai-sampai makan suplemen untuk menjaga stamina cinta loh).
Yang jelas, capek n males lah untuk kembali bersentimentil ria atas nama cinta. So, take it easy saja. Pasti, Alloh tahu yang terbaik buatku.
Aku ingat bahwasanya derajat kita akan tinggi manakala kita bisa “mencintai karena Alloh” dan “membenci karena Alloh”. Wow…agung sekali, kan? Memang, itu bukan pada tataran seorang Maya, sieee. Tapi, bukan pula berarti aku harus menuruti hawa nafsu untuk memperlakukan seseorang sekehendak hatiku, kan?
Kalo memang lebih baik aku menjauh, sejau h aku mampu, kenapa tidak? Meski aku gak akan memaksakan diri pula karena posisinya lebih menempatkan aku sebagai pihak yang bersalah. Gak tau neh…ama itu orang kok aku ngerasa lebih banyak ngerasa salah. (kurang ajar, kan? But, it’s ok…itu biasa2x aja). So, dengan perayaan ulang tahunku kemaren (yang aku jadikan perayaannya dengan ganti gaya rambut pada sehari sesudahnya), semestinya aku lebih dewasa n arif menghadapi hal-hal begituan. Wis tuwa, je, hehheeheh….Alloh pasti udah menentikan jodoh buatku, kok!

Wednesday, September 06, 2006

BACAAN SARU DAN BUDAYA BACA

Waktu saya ajak mampir sebentar ke penjual kertas loak,
seorang ibu berumur 40 tahun yang bersama saya berbelanja
ke pasar, tiba-tiba tertarik untuk membeli beberapa
majalah bekas adari sebundel majalah yang sedang saya
pegang. Sempat saya terheran kenapa tiba-tiba ibu
sederhana lulusan SMP yang sehari-hari disubukkan dengan
urusan domestik ini menjadi ingin membeli majalah. Ketika
saya peringatkan bahwa ini hanyalah “majalah
saru” ternyata ia punya kesadaran penuh bahwa
tentang tipe majalah itu. Ya, majalah ini banyak
menampilkan hal-hal yang erat kaitannya dengan seksualitas
dan supranatural.
Menyelisik lebih jauh mengenai “muatan”
majalah, memang majalah tersebut berisi seputar cinta,
seksualitas dan sensualitas sebagaimana umumnya bacaan
pria dewasa yang banyak dijumpai di kios pinggir jalan.
Sajian lainnya banyak ditempati oleh tema mistis dan
iklan-iklan layanan supranatural. Bagi sebagian orang,
bacaan seperti ini dipandang sebagai “bacaan bulshit
kelas rendahan”. Namun, diakui atau tidak, segmen
pembaca mereka tidak sedikit. Buktinya, banyak media yang
kental ramuan kriminalitas-mistis-supranatural, bahkan
beberapa media justru mengkhususkan pada tema tersebut.
Eksisnya media dengan tema khusus ini mengindikasikan
adanya pembaca setia yang menjadi konsumennya. Kalaupun
ada stratifikasi tingkat gengsi, dari kelas ecek-ecek
sampai kelas yang menggunakan kemasan dan bahasa yang
lebih elegan, toh tema besar yang diusung tak jauh
berbeda.
Begitu pun dengan majalah, tabloid, koran dan bacaan lain
yang mengeksploitasi tema seksualitas yang mengkalim
dirinya sebagai bacaan pria dewasa. Beberapa diantaranya
meramu dengan tema mistis-supranatural sehingga
iklan-iklan layanan suparanatural bertebaran dan menjadi
penyokong besar dalam gerak media tersebut. Berbagai
layanan prediksi masa depan, keberuntungan dan konsultasi
berbagai persoalan hidup dari sisi yang tidak kasat mata,
ditawarkan . Pada masa maraknya judi togel sekitar dua
tahun yang lalu, bahkan beberapa diantaranya memberi
jaminan bahwa ia mampu memberi prediksi angka agar tembus
empat angka dalam beberapa kali putaran. Untuk
janji-janji semacam ini saja mereka berani sesumbar
terang-terangan di media, apalagi untuk sekadar jual-beli
jimat. Dengan mahar sekian rupiah maka akan didapatkan
benda keramat yang diyakini mampu mendatangkan uang,
solusi hidup, kewibawaan dan kebahagiaan bagi pemiliknya.
Bagi mereka yang berfikir rasional, hal-hal semacam ini
jelas-jelas omong kosong yang menggelikan.
Terlepas dari persoalan rasional-irrasional, media seperti
ini ada di sekeliling kita. Oleh karena itu, yang terjadi
pada ibu rumah tangga sederhana yang digambarkan di depan,
boleh jadi ini merupakan kabar yang menggembirakan jika
dilihat dari kemauannya untuk mulai membaca. Seandainya
momen ini segera ditangkap atau diikuti dengan
bacaan-bacaan tema lain yang lebih tepat guna dengan
mengeliminir penyebaran cara piker menyesatkan, tentu
mnunculnya minat baca ini bias lebih memfasilitasi
seseorang untuk mengembangkan diri, baik secara personal
maupun social. Jika sampai ke arah situ, tentu akan sangat
lebih baik daripada sekadar mandeg pada tema seksualitas
yang dangkal dan takhayul yang melenakan.