mayadefitri

Sunday, June 30, 2013

MENGIKIS EGOISME PERIHAL SAMPAH

Barang paling dekat dengan manusia adalah sampah, karena sampah adalah sesuatu yang selalu dihasilkan manusia setiap hari. Sampah tidak ada gunanya lagi, kotor dan menjijikkan. Maka ketika ingin bersih, dengan segala cara sampah dilenyapkan dari pandangan mata. Dibawa jauh dari rumah, dibuang ke sungai, dikubur atau dibakar agar lenyap. Ini adalah salah satu faktor yang membuat orang membuang sampah sembarangan.

Demikian diungkapkan oleh Antoni Hutagaol, ST, Kabid Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya Alam dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul, baru- baru ini (27/6) di Gedung Manggolo Manis Desa Pendowoharjo.

Masyarakat tahu bahwa membuang sampah sembarangan itu tidak baik, tetapi tetap saja melakukan. Masyarakat tahu bahwa membuang sampah di sungai itu bisa menyebabkan aliran sungai mampet dan terjadi banjir, tapi tetap saja membuang sampah ke sungai. Masyarakat tahu bahwa sampah organik bisa jadi kompos, tetapi enggan membuat kompos. Masyarakat tahu kalau sampah sebaiknya dipilah, tetapi malas memilah sampah. Masyarakat tahu bahwa banyaknya tumpukan sampah akan menyumbang adanya global warming, tetapi tetap saja masyarakat enggan untuk peduli. Lalu pertanyaannya, kenapa hal ini terjadi?

Karena belum adanya komitmen, menganggap sesuatu yang biasa, serta sikap egois manusia, lanjut Antoni panjang lebar dalam Penyuluhan Pengelolaan Sampah tersebut. Banyak tanggapan yang disampaikan oleh peserta, mulai dari sering terlambatnya petugas pengangkut sampah, pentingnya ketegasan pemerintah, perlunya pelatihan pengelolaan sampah, hingga keinginan untuk memperoleh sarana dan prasarana pengelolaan sampah.

Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Pengembangan Kapasitas dari BLH Kabupaten Bantul juga mengingatkan bahwa bahwa Adipura merupakan program pemerintah dalam memberikan penghargaan terhadap daerah- daerah yang mampu menata lingkungan, termasuk di dalamnya pengelolaan sampah. Penilaian untuk mendapatkan Adipura biasanya dilakukan secara sidak/inspeksi mendadak. Oleh karenanya, Sri Rahayu mengingatkan agar segenap masyarakat mempersiapkannya. Bukan sekadar untuk mendapatkan penghargaan, karena yang akan mendapatkan manfaat dari pengelolaan lingkungan adalah masyarakat itu sendiri.

Khusus mengenai sampah, Sri Rahayu memaparkan banyak cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk memberikan kontribusinya dalam pengelolaan sampah. Kepedulian ini harus terus ditumbuhkan dengan mengikis egoisme manusia perihal sampah. Pengelolaan sampah dimulai dari diri sendiri di lingkungan terkecil. Selanjutnya, masyarakat dapat masuk dalam jejaring sampah/ jaringan pengelolaan sampah. Dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti ini, BLH berharap, perubahan paradigma mengenai sampah, perbaikan manajemen pengelolaan sampah, serta penerapan teknologi pengelolaan sampah akan tercapai dan membawa kemanfaatan bagi semua pihak. ### (tulisan ini diunggah sebagai iseng2 bermanfaat, dari kegiatan penyuluhan BLH di kelurahan)