METAMORFOSIS ARISAN DALAM DUNIA PERBANKAN, tulisan gw
METAMORFOSIS ARISAN DALAM DUNIA PERBANKAN
(Studi Kasus dari SAE di BPR BDE)
Oleh: Maya Fitrianingsih
Anda masih ingat film Arisan? Apa yang Anda ingat dari film garapan Nia Iskandar di Nata ini?
Ya, dari judulnya saja dapat dipastikan bahwa di dalamnya bercerita tentang arisan, kegiatan yang ada di sekitar kita. Namun, arisan disini tidak lagi konvensional sebagai ajang berkumpul dan mengobrol. Arisan telah berkembang, bermetamorfosis menjadi gaya hidup masyarakat kosmopolitan.
Nah, bicara tentang metamorfosis, ternyata metode ini dapat pula diadaptasikan pada dunia perbankan. Dari sinilah, dapat kita tilik bagaimana dan sejauh mana arisan mampu menancapkan citra sebuah bank.
Arisan, Dari Waktu Ke Waktu
Kurang diketahui bagaimana sejarah munculnya arisan pada masyarakat kita. Beberapa dekade lalu, arisan identik dengan ibu-ibu yang berkumpul, menyetorkan uang dalam jumlah tertentu. Kemudian salah satu diantaranya mengocok sebuah botol kecil berisi nomor undian. Begitu tau nomor siapa yang berhak membawa total setoran saat itu, sontak teriring dengan sorakan dan celotehan.
Pada saat sekarang, boleh jadi arisan tak melulu untuk berkumpul dan membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan ikatan kepentingan antar peserta. Mereka bisa memodifikasi momen itu secara kreatif. Arisan bisa diisi dengan pengajian, reuni, grand opening tempat usaha baru, pesta atau perhelatan lainnya. Materi undian bisa berupa uang, barang atau jasa tertentu.
Bagi kalangan jetset, tempat arisan bisa di mal, hotel, restoran, villa mewah, bahkan kapal pesiar. Lokasinya pun tak tanggung-tanggung, bisa sambil berlibur di pulau atau negara tertentu. Bagi mereka yang “beredar di atas awan” seperti ini, tentu anggotanya eksklusif. karena tujuan utamanya bukan lagi sekadar uang.
Jika biasanya kegiatan arisan didasarkan pada ikatan primordial semacam hubungan kekerabatan atau kedaerahan maka jelas jika arisan itu dimaksudkanm untuk tujuan sosial dan mempererat komunikasi. Unsur-unsur ekonomi hanya menyertai motif sosialnya. Uang setoran dipakai sebagai mekanisme agar semua anggota hadir. Kini, motif ekonomi dan sosial tak sekadar diterjemahkan secara dangkal tetapi merambah peran sebagai wahana mencapau kepentingan-kepentingan lebih lanjut seperti memperluas jaringan, mempermudah koneksi, sosialisasi usaha atau keahlian. Bahkan, boleh jadi pula sekadar untuk meningkatkan gengsi dan image eksklusif para anggotanya.
Semetara itu, media arisan pun bisa melalui korespondensi surat-menyurat, e-mail dan sebagainya. Multi Level Marketing (MLM) dan arisan berantai bisa dijadikan sebagai contoh.
Kini, arisan tidak identik dengan ibu-ibu yang “kurang kerjaan” dengan berkumpul adan bergosip, namun telah menjadi tujuan ekonomi untuk menginvestasikan uang, sarana memperlancar bisnis, atau sekadar menuruti obsesi gengsi.
Arisan Dalam Dunia Perbankan
Metode arisan pun telah diadaptasikan oleh beberapa bank sebagai salah satu bentuk produk atau layanannya. Tentu saja hal ini tidak lepas dari hakikat bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai contoh, Bank Perkreditan Rakyat Bhakti daya eknonomi (BPR BDE) yang menghimpun dana masyarakat dengan sistem seperti arisan lewat produknya, SAE (Simpanan Arisan Ekonomi).
Tiap satu group yang terdiri dari 250 peserta, semisal dengan setoran Rp.50.000,- , arisan dilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan. Penarikan undian dilaksanakan setiap bulan dan peserta yang mendapatkan nomor undiannya akan mendapat sejumlah uang yang telah disetornya ditambah bonus yang angka nominalnya tetap, yaitu bonus Rp.750.000,-. Kemudian, peserta yang nomornya telah keluar ini dinyatakan gugur dan tidak berkewajiban untuk setor lagi.
Dengan sistem seperti ini, otomatis peserta yang mendapatkan undian di masa-masa awal pengundian, tentu lebih untung. Namun, ia tidak berhak untuk mengikuti undian selingan selingan yang diadakan tiap tiga bulan sekali dengan hadiah sejumlah uang. Ia juga tidak berhak mengikuti undian doorprice yang bisa berujud barang-barang elektronik, bahkan sepeda motor.
Jika dibandingkan dengan maraknya berbagai kuis yang diselenggarakan lewat media radio atau televisi, tentu peluang mendapatkan keuntungan lewat arisan seperti ini akan lebih besar dibanding dengan spekulasi ketika mengikuti kuis-kuis oleh operator telepon . Fenomena undian sms (short message service) pada ajang pencarian bakat (semisal AFI, KDI, Indonesian Idol dan sebagainya) yang mampu memprovokasi masyarakat untuk mengirim sms sebayak-banyaknya, telah membawa keuntungan yang fantastis bagi operator. Boleh jadi, iming-iming hadiah merupakan motivasi bagi sebagian masyarakat untuk konsumtif mengeluarkan pulsa. Artinya, hadiah merupakan satu motif yang menggairahkan seseorang untuk melakukan sesuatu, apalagi jika keuntungannya lebih rasional dan lebih besar peluangnya.
Bagi bank yang menyelenggarakan simpanan dengan sistem arisan seperti ini, berarti menghimpun dana dari masyarakat dalam jumlah yang dapat dikalkulasikan setiap bulan atau periodenya. Dana tersebut akan diputar untuk masyarakat lain yang menggunakan kredit. Bagi BPR, tentu saja sasarannya adalah masyarakat menengah ke bawah yang ada di sekitarnya. Artinya, sebagaimana prinsip kegotongroyongan dalam arisan, bank dan nasabah pun sama-sama untung.
Hingga generasi ke delapan, tahun 2005, yang disebut SAE MERAPI di BPR BDE tercatat bahwa lebih dari 10.000 orang telah menjadi peserta arisan SAE.
Dalam sistem arisan seperti ini, peserta arisan yang mendapatkan undian di awal periode, boleh diartikan mendapatkan bonus lebih cepat dari jumlah komulatif setoran yang relatif sedikit. Dengan demikian, ia berpeluang mengembangkan dulu uang yang telah diperolehnya.
Arisan juga bermanfaat bagi mereka yang tergolong susah menabung. Mau tak mau, ia “dipaksa” mengatur dan menyisihkan uang tiap periode tertentu. Bagi bank, produk terobosan seperti ini akan lebih mendorong masyarakat untuk mau berhubungan dengan bank. Tak bisa dipungkiri bahwa pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang enggan untuk berurusan dengan bank.
Tak kalah penting adalah kesempatan bank untuk melakukan sosialisasi diri , memasarkan produk dan mendekatkan hubungan emosional dengan nasabah. Momen penarikan undian tiap bulannya merupakan kesempatan yang baik untuk menggali informasi dari pangsa pasar, yakni untuk mengetahui apa kemauan dan kebutuhan mereka. Yup, dari resep sederhana sistem arisan ini, terbetik manfaat penting arisan: silaturahmi dan komunikasi. Bukankah bagi bank, nasabah adalah anggota keluarga? Dari keakraban itu, selanjutnya, meminjam bahasa gaul para remaja, so what gitu loh?Bank akan tahu langkah apa yang akan diambilnya. Metamorfosis arisan yang diterapkan pasda dunia perbankan seperti ini memungkinkan dilahirkannya produk dan layanan lain yang lebih inovatif dan mengena. Pada akhirnya manfaatnya akan bermuara pada fungsi bank sebagai intermediasi keuangan. Bank mendapatkan untung, masyarakat pun berkesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya.
Catatan: tulisan tersebut aku buat akhir Maret 2006, mo diikutin ke lomba yg diadakan bank itu, tp …emang aku gak yakin, heheh. Tau gak……masukinnya aja hari terakhir…setelah jam kantor, lagi! Nyrepek bgt. Anyway…mungkin itu sekadar apologi aja…tp memang begitu. Yang jelas…arisannya macam itu memang aku pikir menguntungkan loh…kalo gak ada lomba itu mungkin aku lum tau ada sistem kayak gitu. So…….aku promosiin deh arisan macam itu….di Bank BDE Pakem yaaa. Katanya…memang ada bbrp bank lain yg sudah memakai sistem spt itu, tapi sejauh ini aku lum tau bank mana aja yg ada sistem macam ini. So….buruan deh!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home