mayadefitri

Sunday, July 09, 2006

EKSEKUSI, sebuah cerpen

EKSEKUSI
Oleh: Maya de Fitri

Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu, bla-bla-bla. Aku sangat tak suka kalinat itu. Namun justru dari situlah aku jadi hafal syair itu.
Kurang ajar benar makhluk yang bernama laki-laki itu. Bagaimana mungkin ia bisa menganalogikan perempuan sebagai sangkar? Yang membuatnya terasa mewah dan terhormat dalam pelayanan perempuan. Sementara di sisi lain, perempuan dianggap sebagai penjara yang memberinya madu berharga. Ia menjajahnya. Mengawininya di malam hari dan menganiayanya sepanjanghari. Bahkan dalam perkawinan dan pernikahan, seumur waktu ia bisa menganiayanya dalam kesenangan dan kemarahan mereka. Paradoks, bukan?
Oleh karena itu, ingatlah kembali ikrarku: kini saatnya kau terima balasanku. Bertekuklah tubuh dan lutut di ujung kakiku. Aku bukan wanita singwani ditata, sing senenge ditata-tata, sing gaweane ditata-tata kaya sing nang Gembiraloka.
Lagi-lagi, seorang lelaki mendekatiku. Mulanya aku tersenyum saja melihat betapa halusnya persuasi itu. Puihh! Lama-lama mual juga. Pelan tapi pasti, seakan tanpa dosa, didekatinya aku. Daripada aku berpikirdaripada-daripada, mending, kupancing saja dia.
Apa sih yang diinginkan lelaki? Sesosok tubuh untuk didekap dan mendekap? Atau, seonggok hati yang takutnya akan rentan dan rusak jika tanpa perlindungan laki-laki sehingga kemudian laki-laki bisa sok pahlawan di rembang petang? Huh�.Dasar lelaki!
Maka, kupikat dia. Kupeluk dia, kubisikkan kata-kata paling mesra yang pernah aku baca, dengar dan lihat dalam karya-karya picisan. Muak juga ketika aku harus mengingat referensi masa lalu itu. Saat kupikirlagi, aku pun bisa sok-sokan merangkai kata, membuatnya kian terpesona. Baru kusadari bahwa aku pun bisa menjadi pengarang besarjika aku mau mengasah kemampuan. Hahaha�.kudekap semua itu dalam tatapan sendu penuh penyesalan.
Dia pun bersimpuh di ujung lututku yang menjuntaikan kaki manisku. Di sini, di pinggir ranjang yang kau pesan tadi petang, akan jadi saksi bisu eksekusi ketakberdayaanmu.
Di sini ku bergeming. Ingin kucitrakan bahwa aku pun menginginkanmu, di balik semua alasan yang telah kujabarkan bahwa aku tak mungkin bersamamu.
Kulihat kau semakin merengek dan membualkan betapa kau menginginkanku. Hach!
Iseng-iseng, kuberikan pandanganku kepada dua matamu.
Gila! Kau menangis. Seperti anak kecil yang minta dekapan, minum susu dan dininabobokan.
Seperti inikah cinta? Apa iya? Seperti inikah raut Tunggul Ametung saat ingin mendapatkan Ken Dedes dengan sebulat-bulatnya. Seperti ini pulakah saat Ken Arok jatuh cinta, jatuh cinta dan bertekuk lutut memohon cintanya? Tiba-tiba aku merasa bisa sehebat Ken Dedes.
Yup. Maafkan aku. Setengah pura-pura, tiba-tiba ada belas kasih padaku. Kuusapkan tangan menghapus sembabnya tanggul air matamu. Kuangkat bahu kekarmu. Kurasa tiba-tiba api listrik menyeretkanku untuk mendamaikan tangis rengekanmu.
Gila! Lagi-lagi gila! Kau mengeksekusiku dengan halus. Halus yang sehalus-halusnya. Tandas.
Tak apalah. Tunggulah beberapa waktu yang akan datang. Besok aku akan merencanakan bagianku, eksekusi yang tertunda. Sesuatu yang lebih fenomenal dan sensasional. Hanya akan ada kepatuhan mereka untuk kuberdayakan dan kuperdayakan. Nantikanlah saatnya. Sekarang mah, untuk sementara, emmmh�..kunikati aaaja dia! Hmmmm.

dagen_pvr, 22052K6

Catatn: dibuat Mei 2006...aku ikutin di kontes KillTheBooks..gak tau nyangkut apa kagak

0 Comments:

Post a Comment

<< Home