RAKA KUCIWa, cerita tentang….apa
RAKA KUCIWa, cerita tentang….apa
Raka Kuciwa, demikian aku menyyebutnya. Ya, dia. Dia yang membuatku jatuh cinta dengan tiba-tiba. Lalu aku bahagia. Lalu aku terluka. Lalu aku tetap bahagia.
Ketulusan, rasa senggan, kebohongan ataupun sesuatu yang disembunyikan, meskipun tidak bias dilihat dengan kasat mata sebagai sebuah fakta, namun semua itu adalah sesuatu yang dapat dirasakan, sesuatu yang bias diraba dengan perasaan. Seperti juga aku yang merasakan adanya “something wrong” sebelum aku merasakan tumbuhnya rasa suka padanya.
Aku tahu dia tulus saat-saat pertama. Aku tahu dia bersedih merasakan rasa sayangku padanya. Aku tahu dia menyembunyikan rasa sedih. Rasa tidak tega dan tak kuasa, telah dialihkannya untuk tertawa dan bersikap mengabaikanku. Maaf, bagiku, dalam cinta ada sebuah komitmen yang tak terkatakan. Dalam cinta ada sebuah penghormatan, meski dalam cinta tetap ada tarikan untuk pemenuhan ego pribadi.
Dan ternyata, antara cinta dan pengkhianatan, seringkali garis batasnya terlalu samar. Sakit. Orang bilang, cinta…deritanya tiada berakhir. (hmmm, apa iya?) Boleh jadi, “waktu” akan mengubur rasa sakit itu. Namun, aku musti sadar bahwa waktu tak akan menunggu. Waktu tidak akan mengobati rasa sakitku jika aku terus sedih dan meratap. Hahahaa…seperti cerita- cerita picisan saja. Dan ini nyata terjadi padaku!!
Jatuh cinta, bahagia sekejap saja, lalu terluka karena ternyata dia telah memiliki dan dimiliki orang lain. Lalu, dia meninggalkan. Klasik banget!
Daannn, aku tetap bahagia. Bagiku, bukan persoalan kalah-menang karena segala sesuatu yang didasari cinta pasti menafikan urusan kalah-menang. Inilah yang namanya “mencintai”, sesuatu yang aktif, sesuatu yang secara tak sadar telah memberiku kekuatan untuk memberi. Semoga Raka di sana bahagia dan tak terulang seperti ini lagi di masa nanti. Aku tak peduli siapa Raka dan siapa perempuan itu. Aku hanya peduli bahwa dia adalah orang yang aku cintai, dan bahwa perempuan itu adalah istri dari orang yang kucintai. Dan aku tetap berhak mencintainya (hehhehe, muka badak ato muka tembok? Ato, muka badak nabrak tembok?)
Dan di atas itu, aku tak boleh aniaya terhadap mereka maupun terhadap diriku sendiri. Di atasnya lagi, di atas semua itu, di depan sana, akan ada seseorang yang harus aku cintai dengan cara yang sangat-sangat lebih. Seseorang tempatku bersandar dan seseorang yang harus aku peluk dan junjung agar dia tidak jatuh. Seseorang yang akan menemaniku berjalan dan berlari. Ya…seseorang tempatku berjibaku mengabdi.
Kesedihan selalu mengingatkan kita untuk merunduk dan sadar bahwa kita ini bukan apa-apa, bahwa kita tak kuasa dan bahwa ada sesuatu yang lebih wajib kita cintai di atas segalanya. Kerinduan dan rasa cintaku begitu lamat-lamat meski bukti cinta itu begitu lekat menyentuhku.
Buat Raka di sana, Maya sayang ma kamu, semua bagian dari kamu. Aku ingin bertemu Nyonya-mu, untuk melihatnya dari dekat dan agar aku bias lega menitipkan kamu padanya. Juga Raka-raka kecil juniormu. Maya saying kalian semua. Maya percaya, selagi ada cinta, akan selalu ada sesuatu untuk diberikan, meski hanya berupa harap di sela sengguk tangis, meski hanya doa di saat hening. Bahagia, dan bangunlah kembali bahagiamu di sana.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home