IBU IDA IDHAM SAMAWI IBU PAUD BANTUL PENGGAGAS PAUD DI TIAP DUSUN, sebuah tulisan profil
Begitu dicintai warganya. Demikian yang tergambar pada pasangan Idham Samawi- Bu Ida. Bagaimana tidak? Ketika masa tugas Pak Idham hampir berakhir, seolah masyarakat yang begitu mencintainya tak rela sehingga meminta Ibu Ida untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Bantul 2010-2015. Bagi masyarakat pendukungnya, Ibu Idha menjadi semacam “paket”, sehingga diharapkan apa yang sudah dicapai pada masa ketugasan Idham Samawi sebelumnya dapat dilanjutkan. Tidak perlu ada perombakan yang tidak perlu. Dan kini, perempuan dengan berbagai julukan ini pun melaju untuk bertarung dalam bursa Pemilukada Bantul 2010.
Melongok kiprah Ibu Ida di bidang kesehatan, kesejahteraan soasial , perindustrian maupun perdagangan, cukup banyak jabatan yang bisa dipaparkan. Namun, diantara yang banyak itu, sebutan sebagai Ibu Batik dan Ibu PAUD Bantul begitu melekat padanya. Ya, mengingat selama ini ia giat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantul (sejak 2008), Pembina PAUD (sejak 2009), ketua POKJA POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) maupun Ketua PJOK Keterpaduan BKB-POSYANDU-PADU sejak 2009.
Ditemui di kediamannya, Bu Ida menjelaskan bahwa di Bantul, PAUD memang menjadi prioritas untuk program pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM. “Sejak dini dicanangkan peningkatan SDM, yakni sejak bayi masih dalam kandungan. Ibu hamil diberi kesempatan pemeriksaan gratis serta pemberian vitamin. Maksudnya, supaya nanti bayi di dalam kandungan itu sehat, ibunya juga sehat. Juga dilakukan program untuk penekanan angka kematian bayi maupun ibu. Jadi, betul- betul untuk peningkatan SDM dilakukan sejak dini,” papar perempuan kelahiran Jakarta , 26 Maret 1951 ini.
Menjelaskan mengenai kegiatan untuk anak dilakukannya selama ini, Sri Suryawidati Andarweni Kawuryan Budi Respati, demikian nama lengkap Ibu Ida, perempuan ini menjelaskan “Nanti kalau anak sudah lahir, ketika diterima POSYANDU, juga diberi banyak perhatian oleh Pemerintah Daerah. Sejauh ini ada 1.119 POKJA di Bantul yang mendapat bantuan operasional dari Pemerintah Daerah Rp. 2,1 juta tiap POKJAnya. Diharapkan program- program tersebut berjalan dari dan oleh masyarakat, meski ada insentif dari pemerintah daerah.”
“Nanti kalau anak sudah di TK, anak- anak juga mendapatkab bantuan makanan tambahan. Yang dulu bantuan di SD, dialihkan ke TK. Anak- anak diberi babon (ayam indukan). Harapannya, telur ayam itu dimakan anak- anak untuk peningkatan gizi. Ada pula program bahwa anak- anak diberi kudapan seminggu tiga kali, yang mana sekalinya harus telur. Untuk dana, anggarannya butuh 3 M lho. Semua yang menangani PKK. Anak- anak dalam masa emas ini, harapannya nanti siap untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi (SD),” ujarIbu Ida menjelaskan tentang PAUD di Bantul.
PROGRAM 933 PAUD
Menilik program PAUD di Bantul, Ibu Ida tahun lalu mencanangkan program 933 PAUD di Bantul, sejumlah dusun yang ada di kabupaten Bantul, dengan hitungan bahwa di setiap dusun harus ada PAUD. Saat itu, jumlah PAUD yang tadinya sekitar 300-an jumlahnya, telah berkembangmenjadi 900-an saat Pro Nanda menemui Ibu Ida. Dijelaskan bahwa jumlah PAUD formal (TK/ RA) ada sejumlah 518 lembaga, sedangkan untuk PAUD nonformal meliputi KB (kelompok Bermain) sebayak 318 lembaga, Taman Penitipan/ Pengasuhan anak sebanyak 14 lembaga. Dan ini terus bertambah agar tahun ini juga jumlahnya bisa 933 untuk memenuhi program tersebut sehingga di tiap dusun ada PAUD yang terintegrasi POSYANDU.
Menilik latar belakang program tersebut, ibu tiga anak ini menyebut, awalnya Pemerintah Daerah ada program peningkatan SDM. “Dan kami menyambung program tersebut dengan PAUD. PAUD kan kerjasama antara orangtua muris, guru dan anak. Ditambah lagi dengan program dini tadi. Dan ternyata ini mendapat sambutan yang baik sekali dari masyarakat,” paparnya.
“Perkembangan PAUD di Bantul bagus sekali. Hal ini bisa dilihat dari saya sering diundang membuka peresmian PAUD. Kadangdalam satu desa minta diresmikan beberapa sekaligus. Saya melihat semangat para guru dan orangtua murid sangat besar, perhatiannya dan semuanya betul- betul disiapkan,” tambahnya.
Penyiapan peningkatan SDM ini juga dilakukan dengan beberapa kegiatan. “Seperti kemarin, di POKJA 2 kita melaksanakan pelatihan dalam konteks membaca dan menulis untuk PAUD formal. Yang dilatih guru-gurunya. Karena kalau bagi anak, kan tidak bisa dipaksakan to, mbak. Pendidiknya harus dilatih melihat kesiapan daripada anak- anak. Kan anak itu masih dalam kondisi senang bermain, jangan dipaksakan,” jelasnya. Dengan pelatihan seperti ini diharapkan guru atau pendidik bisa menularkan kepada anak didiknya secara tepat dan tanpa paksaan.
Ibu Ida juga melihat beberapa kejadian dimana beberapa PAUD sekarang mengeluhkan berkurangnya jumlah anak didik. “Melihat hal ini, kita jangan buru- buru mengeluh, karena dengan banyaknya PAUD yang ada sekarang, tentunya orangtua akan mengajak anaknya kle PAUD yang lebih dekat dengan rumahnya. Kalau ada yangdekat, kenapa harus di PAUD yang jauh, kan ? Hal ini justru mengindikasikan keberhasilan program PAUD itu sendiri,” jelasnya mengingatkan.
POLA DIDIK KELUARGA
Berbincang dengan Ibu Ida memang banyak hal yang dapat digali mengenai pendidikan pada anak, khususnya. Jika dilihat dari kiprah dan prestasi yang ditorehkan, tampaknya tidak dapat dipisahkan dari pola didik yang diterapkan oleh keluarga Ibu Ida. Dilahirkan dan dibesarkan oleh pasangan Almarhun Mayor Budiman Adiyono dengan Mien Sariatun, dalam lingkungan keluarga militer (AURI) menjadikannya terbiasa bertindak dengan disiplin. Sebagai anak keempatdari tujuh bersaudara, Ibu Ida menjadi tertempa kemampuannya untuk menghargai dan menjadi pribadi yang tepo seliro.
“Makanya, sampai saya menikah pun, ada yang bilang bahwa saya ini menantu yang bisa ngaten-ateni orangtua. Ya…kuncinya ya hanya bisa ngaten-ateni itu, menghormati dan menghargai orang lain serta bisa ngemong satu sama lain,” ujarnya membuka rahasia keharmonisan komunikasi dalam keluarganya.
Tak ayal, dengan pola asuh demikian pula Ibu Ida mengajarkan pada ketiga putra-putrinya, yakni Intan Titisari, Muhamad Wismon Samawi, SE, MIB dan Adi Karang, SPsi. Ibu Ida biasa memberikan pola asuh demokratis sehingga anak- anaknya dibebaskan untuk memilih karir dan kerjanya. Ada yang lebih senang dengan dunia bisnis, ada pula yang menekuni seni sambil berbisnis. “Anak dibebaskan saja, kita sebagai orangtua hanya mengarahkan,” paparnya.
Satu lagi yang menjadi pegangannya. Pola asuh keluarganya mengajarkan bahwa hidup harus bermanfaat, sekecil apapun harus ada manfaatnya. Pegangan ini yang membuatnya luluh ketika masyarakat memintanya untuk maju dalam Pemilukada.
“Saya kadang masih bertanya, di usia hamper 60 tahun begini, kok uripku iso koyo ngene iki, undangan bertubi- tubi, saya ini bisa dibilang sampai jatuh bangun. Tapi prinsip tadi yang membuat saya kuat. Jadi saya piker, ya apa salahnya kalau hidup saya masih ada manfaatnya. Waktu itu Pak Idham juga tidak langsung mengijinkan. Pak Idham Cuma bilang, ‘Mosok ya, aku arep nyerahke nang kowe, trus aku mengko piye…,’. Terus, kasarannya, aku yo mung cengingisan, berpikir bagaimana pandangan orang, nanti dipikirnya kami ambisius banget. Padahal saya sedikit saja tidak punya pikiran. Kok ngimpi, kepikiran wae ora…Ya, masih terkaget- kaget, gitu. Sekarang kalau ada kegiatan itu sampai malam, kadang saya sampai berpikir, ‘Kok ya saya ini kayak gini...padahal umurku wis nganti 60. Tapi ya sudah..ini garis hidup yang harus saya jalani. Dilakoni saja, seperti air mengalir aja. Apa yang menjadi amanah rakyat ya itu…kalau jadi ya Alhamdulillah, ora dadi ya Alhamdulillah. Pokoknya hidup saya mengalir seperti air saja lah.
Sebagaimana juga kepeduliannya pada peningkatan SDM lewat PAUD sehingga ia dijuluki Ibu PAUD Bantul, Ibu Ida juga begitu perhatian pada keluarganya dan lingkungannya. Tak ayal jika masyarakat pendukungnya pun meminta dia untuk mempimpin Bantul. Kita lihataja, apakah kiprah Ibu Idham akan diteruskan sebagaimana juga Hillary Clinton yang meneruskan karir suaminya sebagai politisi di negeri benua lain sana . ***maya de fitri
Catatan: aku persembahkan tulisan ini untuk ProNanda(helloo...gimana kabarnya, Bapak?)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home